Farida Mawardi: Kepemimpinan Visioner Pelajar Putri NU di Masa Krisis 1963–1966 -Pada periode 1963–1966, Indonesia memasuki fase paling tegang dalam sejarah politik nasional. Konflik ideologi, pergolakan sosial, hingga ancaman terhadap kemandirian organisasi keagamaan menciptakan suasana penuh tekanan. Di tengah tantangan tersebut, Farida Mawardi tampil sebagai sosok pemimpin muda yang membawa perubahan dan ketegasan bagi Organisasi Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (OPPNU).
Artikel ini menyajikan uraian komprehensif tentang kiprah Farida Mawardi, perjalanan hidupnya, strategi kepemimpinan, serta pengaruh besar yang ia wariskan bagi kaderisasi pelajar putri di lingkungan NU.
Profil dan Latar Belakang Tokoh
Akar Keluarga dan Pendidikan Awal
Farida Mawardi lahir dari keluarga religius yang kuat dengan tradisi keilmuan Islam. Sejak kecil ia dibesarkan dalam lingkungan yang memadukan pendidikan sekolah formal dengan asuhan pesantren, membentuk karakter mandiri dan kecintaan terhadap organisasi keislaman.
Pendidikan dasarnya ditempuh dengan prestasi menonjol. Ketertarikannya pada organisasi muncul sejak usia sekolah lanjutan, ketika ia aktif dalam kegiatan keputrian dan pelajar. Sikap komunikatif serta naluri kepemimpinan menjadikannya cepat dikenal di kalangan kader muda NU.
Konteks Nasional dan Tantangan Era 1963–1966
Ketegangan Politik Nasional
Periode 1963–1966 merupakan masa meningkatnya polarisasi politik antara kelompok nasionalis, komunis, dan Islam. Organisasi pelajar ikut terdampak, termasuk OPPNU sebagai wadah pembinaan generasi muda perempuan NU.
Di tengah tekanan politik dan propaganda ideologi yang begitu deras, kemampuan pemimpin dalam mengawal arah organisasi menjadi penentu keberlanjutan kaderisasi. Farida Mawardi muncul sebagai figur yang mampu memberikan stabilitas, arah, dan perlindungan terhadap nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah.
Tekanan terhadap Aktivitas Pelajar Putri
Organisasi pelajar, khususnya yang berbasis keagamaan, menghadapi berbagai bentuk intimidasi. Banyak kegiatan dibatasi, dialog antar pelajar disusupi agenda politik, dan ruang gerak organisasi semakin sempit.
Dalam kondisi ini, peran Farida Mawardi menjadi sangat vital. Ia menginisiasi sistem keamanan kegiatan, memperkuat koordinasi, serta menegaskan komitmen ideologis OPPNU agar tidak terpengaruh arus pemikiran ekstrem.
Kiprah Farida Mawardi di OPPNU
Melanjutkan Tongkat Estafet Kepemimpinan
Kepemimpinan Farida dimulai ketika ia dipercaya memimpin OPPNU pada fase paling genting. Kepercayaan tersebut tidak diberikan tanpa alasan: ia dikenal tegas, visioner, dan memiliki kemampuan mengorganisasi yang kuat.
Sebagai ketua, ia tidak hanya memperkuat struktur internal tetapi juga membangun model kaderisasi terukur yang berfokus pada:
-
Pendidikan keagamaan dan akhlak
-
Pengembangan keterampilan pelajar putri
-
Penguatan mental dan ideologis dalam menghadapi tekanan politik
-
Penegasan identitas pelajar putri NU sebagai garda intelektual muda
Strategi Penguatan Organisasi di Masa Krisis
Menghadapi situasi politik yang tidak stabil, Farida merancang strategi komprehensif, antara lain:
-
Konsolidasi Nasional
Ia memperkuat jaringan OPPNU dari pusat hingga daerah, memastikan setiap cabang memiliki pedoman kerja yang jelas dan aman. -
Kaderisasi Berbasis Ketelitian Ideologis
Program pelatihan dirancang agar pelajar putri memahami dasar ke-NU-an, fikih, akhlak, dan sejarah perjuangan perempuan NU. -
Diplomasi Antarorganisasi
Farida menjalin hubungan positif dengan organisasi pelajar perempuan lain untuk mengurangi gesekan dan membangun solidaritas perempuan di tengah konflik nasional. -
Penguatan Moral dan Mental
Ia mendorong kegiatan kajian, diskusi rutin, serta pelatihan kepemimpinan yang membuat pelajar putri tetap percaya diri dan kokoh menghadapi tekanan.
Kontribusi Besar Farida Mawardi untuk Pelajar Putri NU
1. Merumuskan Identitas Pelajar Putri NU
Farida menegaskan bahwa pelajar putri NU harus menjadi kekuatan intelektual, bukan sekadar pelengkap organisasi. Ia menanamkan nilai:
-
Kemandirian berpikir
-
Ketegasan dalam ideologi
-
Penguasaan ilmu agama dan umum
-
Peran strategis perempuan dalam membangun bangsa
2. Membangun Sistem Kaderisasi yang Berkelanjutan
Kaderisasi yang ia rancang masih menjadi rujukan hingga kini. Sistem ini menekankan keseimbangan antara pendidikan formal, keterampilan sosial, dan spiritualitas.
3. Menyuarakan Peran Perempuan di Ruang Publik
Di era ketika keterlibatan perempuan masih terbatas, Farida berani tampil di ruang publik, memimpin rapat nasional, melakukan diplomasi, dan menyampaikan gagasan yang berpengaruh pada arah organisasi.
4. Melindungi OPPNU dari Infiltrasi Ideologi
Di tengah dominasi narasi politik ekstrem, ia memastikan OPPNU tetap berada pada jalur Ahlussunnah wal Jamaah yang moderat dan damai.
Warisan Kepemimpinan dan Pengaruh Jangka Panjang
Pembentukan Generasi Pelajar Putri yang Mandiri
Kepemimpinan Farida membentuk karakter pelajar putri yang:
-
Percaya diri
-
Cerdas
-
Ideologis
-
Berintegritas
-
Siap berperan dalam masyarakat
Kontribusinya tidak berhenti pada masanya. Banyak kader OPPNU yang kemudian menjadi pemimpin perempuan NU, aktivis sosial, hingga tokoh pendidik.
Inspirasi bagi Pemimpin Perempuan Muda NU
Sosok Farida menjadi representasi bahwa perempuan muda dapat memimpin organisasi besar di masa sulit dan tetap menghasilkan karya monumental.
Warisan strategisnya masih menjadi pedoman pengembangan organisasi pelajar putri hingga generasi saat ini.
Kesimpulan
Farida Mawardi adalah simbol ketegasan, kecerdasan, dan ketangguhan perempuan muda NU dalam menghadapi tekanan zaman. Kepemimpinannya pada 1963–1966 membuktikan bahwa pelajar putri tidak hanya mampu bertahan di tengah krisis, tetapi juga menjadi pelopor perubahan dan penjaga nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah.
Warisan pemikirannya masih menginspirasi generasi pelajar putri NU untuk terus berkembang, memimpin, dan berkontribusi dalam ruang-ruang strategis bangsa.

